Photo by National Cancer Institute on Unsplash
Reformasi pada industri kesehatan sangatlah sulit, kita perlu berhati-hati karena melibatkan nyawa para pasien. Seringkali modernisasi malah membuat memperlambat perubahan, berkaca dari pengalaman pandemi Covid-19 dapat menjadi titik balik perubahan sistem kesehatan secara besar-besaran.
Kita dapat melihat Korea Selatan, pada tahun 2015 ketika wabah virus MERS melanda. Pemerintah Korea Selatan dianggap lambat dalam menangani wabah tersebut yang berdampak pada 38 pasien yang kehilangan nyawa. Berkaca dari pengalaman tersebut, pada awal pandemi Covid-19 merebak, pemerintah Korea Selatan sudah siap dengan protokol kesehatan dan testing dalam skala besar yang membuat tingkat kematian akibat Covid-19 cenderung rendah di negara ginseng itu.
Bersiap untuk menghadapi wabah selanjutnya adalah prioritas setiap sistem kesehatan di tiap negara. Seringkali Kita menyepelekan investasi di bidang kesehatan. Dengan adanya wabah Covid-19 ini semua orang disadarkan bawah sistem kesehatan yang siap dan mutakhir dibutuhkan untuk wabah selanjutnya. Teknologi yang canggih untuk segera dapat menemukan vaksin dan obat tentunya membutuhkan riset dan pengembangan yang tidak murah. Maka dari itu penting bagi negara dan juga para pebisnis untuk berinvestasi pada industri kesehatan.
Selain itu dengan adanya wabah ini memberikan kesempatan pada perusahaan untuk mendesain ulang ruang kantor tempat bekerja, membuat lingkungan kerja yang lebih sehat, dan lebih memperhatikan kesehatan karyawan.
Photo by Blogging Guide on Unsplash
Covid-19 berdampak pada ekonomi global 3 kali lebih besar dibandingkan dengan krisis tahun 2008. Negara-negara anggota G-20 dikabarkan mengalami kerugian mencapai 10 Trilluan Dollar Amerika, meskipun beberapa tahun ini suku bunga hutang rendah tetap saja bunga yang harus dibayarkan tiap negara akan berjumlah sangat besar.
Setelah wabah selesai pun negara masih memiliki tugas untuk melunasi hutang mereka yang membengkak. Kebijakan seperti menaikan pajak atau mengurangi APBN akan menjadi pilihan. Meskipun begitu, kebijakan-kebijakan tersebut beresiko seperti penurunan daya beli masyarakat dan melambatnya ekonomi yang berdampak pada pemulihan ekonomi negara.
Photo by Pawel Czerwinski on Unsplash
Ide bisnis harus menyediakan permintaan konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat dan pemodal bukanlah hal baru. Tetapi wabah Covid-19 semakin menekankan pentingnya bisnis memiliki hubungan dengan masyarakat. Dalam sebuah penelitian dengan sampel 615 perusahaan publik AS dari tahun 2001 hingga 2015, menemukan bahwa perusahaan yang memiliki rencana jangka panjang jauh mengungguli perusahaan yang tidak punya visi dalam hal pendapatan, investasi, dan pertumbuhan.
Survei Global McKinsey pada Februari 2020 menemukan bahwa mayoritas eksekutif dan profesional mengatakan mereka percaya bahwa program lingkungan, sosial, dan pengelolaan yang benar akan menciptakan nilai pada jangka pendek dan jangka panjang perusahaan, dan hal tersebut akan tetap bernilai bahkan lebih dari lima tahun dari sekarang.
Kapitalisme stakeholder bukanlah tentang menjadi yang paling terdepan dan meminimalisir resiko. Penting untuk membang kepercayaan yang dibutuhkan agar bisnis dapat terus bertahan. Dan ini lebih bernilai daripada modal yang diberikan oleh pemegang saham atau keuntungan yang didapatkan dari aktivitas bisnis.
Sumber :
Sneader, K., & Singhal, S. (2021, February 22). The next normal arrives: Trends that will define 2021—and beyond. McKinsey & Company. mckinsey.com
Baca Juga
Tren Bisnis yang Terjadi Tahun 2021
Alamat | : | Jalan Beo No 38, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta |
: | andiglobalsoftmarketing@gmail.com | |
Telpon | : | 08112845174 |
: | Hubungi Kami | |
Sosial Media | : |